Problema Penyelesaian Tugas Akhir Studi



Penyelesaian tugas akhir studi seperti penyusunan Tesis atau Disertasi merupakan proses penentu keberhasilan studi. Di luar urusan finansial, Kandidat Magister atau Promovendus Doktor pasti menginginkan proses penyelesaian tugas akhir studi yang tepat waktu dan mencapai nilai  yang maksimal. Namun keinginan ini agaknya sulit dicapai bila tidak didasarkan pada suatu persiapan dan kesiapan yang optimal. Pemikiran ini merujuk pada realitas bahwa banyak Kandidat yang mengalami masalah, hambatan, atau kendala yang menyebabkan penyelesaian tugas akhir studi menjadi berlarut-larut. Bahkan tidak sedikit Kandidat atau Promovendus yang droup out atau tidak bisa menyelesaikan tugas akhir studi.  Karena itu perlu persiapan dan kesiapan yang optimal untuk menyelesaikan tugas akhir studi. Dan salah satu persiapan dan kesiapan yang dimaksud itu adalah dengan memahami berbagai problema penyelesaian tugas akhir studi.

Dari pengalaman  mendampingi lebih dari 500 Magister dan  Doktor dari FISIP, FH, FE dan FKIP sejumlah  perguruan tinggi di dalam dan luar negeri, selama lebih dari tujuh tahun merasakan suka dan  resah  mendampingi Kandidat, perlu mengungkap serangkaian problema penyelesaian tugas akhir studi. Problema itu  antara lain :

Problema Internal Kandidat atau Promovendus. Problema internal antara lain terungkap dari enggan membaca,  motivasi belajar yang lemah, nggak pede,  atau mungkin beban rasa kecewa yang mendalam terhadap perilaku otoritas yang ”over acting”. Ada juga problema  yang  muncul dari alasan-alasan seperti kesibukan, keterbatasan waktu, atau jarak tempuh yang jauh. Problema seperti ini menghambat aktivitas dan intensitas penyelesaian tugas akhir studi. Mengacu pada problema seperti ini, sebaiknya Kandidat atau Promovendus bersikap  : ”Kalau persoalan bisa dipermudah -  mengapa dipersulit!”. (Kalau begitcu, ya dibuat enjoy ajah, coy ! )

Problema eksternal Kandidat atau Promovendus. Sekurang-kurangnya terdapat tiga nuansa problema eksternal Kandidat atay Promovendus dalam proses penyelesaian tugas akhir studi. Ketiga problema itu adalah problema prosedural, problema situasional dan problema operasional.

Problema prosedural terkait dengan  prosedur, ketentuan dan gaya penyelesaian tugas akhir studi pada masing-masing program. Problema ini antara lain muncul dari ”arogansi kebebasan akademik” yang konon tidak bisa diprotes; standar penulisan  yang kurang jelas, atau berbeda-beda meskipun dalam program yang sama;  prosedur dan tahap-tahap penyelesaian tugas akhir studi yang sengaja ”dipersulit” agar terkesan ”wuah”. Sebagai misal, ada program yang ”ngotot” menerapkan kebijakan penyelesaian tugas akhir studi yang meliputi tahap Seminar Kolikium, tahap Seminar Hasil dan tahap Sidang Tesis. Padahal idealnya hanya terdiri dua tahap yang menentukan, yakni tahap Seminar Proposal Penelitian dan tahap Sidang Tesis atau Sidang Disertasi. Tahap Seminar Proposal Penelitian diadakan untuk mematangkan konsep penelitian yang diajukan Kandidat atay Promovendus sehingga layak dilanjutkan ke dalam aktivitas penelitian. Tahap Sidang Tesis atau Sidang Disertasi diadakan untuk melaporkan hasil penelitian; untuk   menguji hasil penelitian, dan sekaligus  menentukan juga tingkat kebehasilan penelitian untuk memperoleh nilai kelulusan. Dalam konteks ini, bisa dinyatakan bahwa bobot atau kualitas penyelesaian tugas akhir studi Kandidat itu bukan ditentukan oleh prosedur yang berbelit-belit dan menyulitkan; tetapi ditentukan oleh kompetensi dan kinerja para pemegang otoritas yang berperan membimbing atau menguji, dan ditentukan juga dengan standar penulisan ilmiah yang jelas dan sistematik. Dan sesungguhnya standar penulisan ilmiah yang jelas dan sistemtik itu dapat distandarkan menurut  masing-masing disiplin ilmu. (Abis kudu gimane lagi mbah, kita nggak boleh protes, kite-kite orang kan cuma wajib ngikutin maunye dia-dia orang! – Sabar, meng. Jadilah orang yang pandai memahami  orang lain)

Problema situasional adalah situasi atau nuansa yang muncul dari sikap arogan individu pemegang otoritas; keterbatasan kompetensi pemegang otoritas;  keharusan mengikuti  gaya dan selera para pemegang otoritas yang berbeda-beda; dan gaya koreksi yang bertele-tele atau mengada-ada. Dalam konteks ini, ada catatan pengalaman yang layak direnungi : Seorang Doktor yang baru lulus ketika ditanya oleh seseorang bagaima kiat ia bisa cepat lulus,  ia menjawab: ”tiga puluh persen kaidah ilmu – tujuh puluh persen pendekatan!”  Artinya, yang harus dipelajari, dimengerti  dan diatasi oleh Kandidat atau Promovendus adalah karakteristik individu pemegang otoritas dan keharusan mengikuti  kemauan para pemegang otoritas yang berbeda-beda, bahkan ada yang saling bertentangan. Hal ini mungkin tidak akan terjadi bila masing-masing pemegang otoritas memiliki tingkat kesadaran dan kemampuan profesional yang tinggi dan sama-sama berpedoman pada standar penulisan ilmiah yang sama, jelas dan sistematik. Sekali lagi, bahwa  sesungguhnya standar penulisan ilmiah yang jelas dan sistemtik itu dapat distandarkan menurut  masing-masing disiplin ilmu, dan sebaiknya tidak ada pemasungan gagasan intelektual untuk mengembangkan konsep keilmuan. Dalam konteks ini bisa dinyatakan bahwa  kelancaran penyelesaian tugas akhir studi Kandidat lebih banyak ditentukan oleh gaya dan selera para pemegang otoritas yang berbeda-beda; bukan ditentukan oleh bobot kelimuan yang dijadikan konsumsi pembelajaran.(Duuuh gusti, neng mah kudu kumaha duei uey, mbah!- Sabar neng, sabar,  yaaa dianggap saja semua itu seni memperoleh gelar akademik)

Problema operasional adalah problema yang muncul dari pemilihan judul penelitian atau konsep penelitian yang menimbulkan berbagai masalah dan kendala teknis operasional penelitian. Problema ini timbul terutama pada Kandidat yang melaksanakan tugas belajar di Kota atau Negara tertentu. Masalah atau kendala teknis yang dimaksud  antara lain sulit mengakses data, jarak lokasi penelitian yang jauh, sulit mencari teori untuk penyusunan konsep penelitian. Mengacu pada ketiga problema tersebut, sebaiknya Kandidat  atau Promovendus bersikap cerdik dalam menyikapi perilaku otoritas, pandai mengembangkan kiat-kiat pendekatan, serta tidak memilih judul dan lokasi penelitian yang menyulitkan. (Mendapat gelar itu penting, penting sekali; tapi mbok yauw menjadi  orang yang rendah hati, cerdik dan pandai  itu juga penting,  lho!)

"Guru sejati adalah guru yang membimbing dan melayani
Murid sejati adalah murid yang belajar dan rendah hati"


0 Komentar untuk " Problema Penyelesaian Tugas Akhir Studi "