Teori adalah hasil penalaran logik terhadap suatu fenomena atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan, sikap dan atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai dan tujuan tertentu yang teraktualisasi dalam proses hubungan situasional, hubungan kondisional, atau hubungan fungsional di antara hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas tersebut; dan hasil penalaran tersebut dapat diterima khalayak sebagai suatu disiplin ilmu.
FUNGSI :
Fungsi Teori dalam penyusunan Proposal Penelitian, Tesis dan Disertasi adalah sebagai pengantar pemahaman konstruk variabel penelitian dan landasan penyusunan konsep penelitian rujukan pembahasan hasil penelitian.
Fungsi Teori Sebagai Pengantar Pemahaman Konstruk Variabel Penelitian. Fungsi ini terbentuk dari anggapan bahwa pada awalnya sang peneliti kurang atau mungkin tidak memahami karakteristik obyek atau variabel penelitian yang dikritisinya. Karena itu sang peneliti mempelajari sejumlah teori yang relevan atau dapat memberi ia penjelasan tentang karakteristik obyek atau variabel penelitian secara utuh. Sebagai misal, Jhon Dower van Zhontor seorang candidate doctor antropologi pada Cambridge University bertanya : “What is combro?” – artinya Jhon tidak memahami apa itu “combro”. Namun karena ia sangat tertarik meneliti combro, maka mau tak mau Jhon harus belajar tentang combro. Kemudian ia merujuk berbagai teori combro yang dikemukakan oleh sejumlah pakar combro. Untuk memperoleh pemahaman tentang apa itu combro, maka yang pertama dipelajari Jhon adalah definisi combro. Dari berbagai definisi combro yang ia pelajari akhirnya si Jhon berkata “I see, i see combro is bla bla bla!” Lantas John pun merangkai sendiri pendapatnya tentang combro. Menurut Jhon Dower van Zhontor, combro is traditional snacks of Betawi sociaty, and eeuunak banget. Tidak hanya itu, Jhon juga mampu mendeskripsikan anatomi combro itu secara detail dengan memberi argumen-argumen pada setiap unsur combro yang dianggapnya sangat fungsional untuk merepresentasikan folklore masyarakat Betawi. Dalam konteks ini, definisi atau konsep penjelasan tentang suatu subyek atau obyek penelitian merupakan landasan teoritis untuk memperoleh suatu pengantar pemahaman tentang karakter subyek atau obyek penelitian. (John...jhooon….. emangnye kagak ade lagi variabel yang lain, masa’ combro aje eluh jadiin variabel penelitian – dasar kampungan, luh!)
Dari pengantar pemahaman yang demikian itulah kemudian seorang peneliti menyusun suatu definisi konseptual atas suatu obyek atau variable penelitian menurut apa adanya pendapat orang lain; tapi bisa juga disusun suatu definisi konseptual menurut pemahamannya sendiri. Definisi konseptual atas karateristik suatu obyek atau variable penelitian itu merupakan kerangka dasar untuk membangun suatu konsep penelitian.
Dalam konteks ini, jika sang peneliti ingin melahirkan suatu teori baru, maka ia harus memulai teori baru itu dari kemampuannya merangkai suatu definisi konseptual menurut gambaran karateristik obyek atau variable yang dikritisinya. Sementara itu pendapat-pendapat orang lain hanya dijadikan rujukan untuk merangkai definisi konseptual. Kemampuan merangkai suatu definisi konseptual yang sesuai dengan karateristik suatu obyek atau variable yang dikritisi tidak hanya menunjukkan bobot pemikiran yang logic dan actual tapi sekaligus juga menunjukkan solusi terhadap sulitnya menemukan teori yang dapat dijadikan konsep pendekatan untuk mengungkap karakteristik obyek atau variable secara utuh. Untuk bidang ilmu non eksata yang bersifat dinamis pemikiran seperti ini sangat bernilai bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, bagaimana merangkai definisi konseptual menurut konsep pemahaman sendiri dapat merujuk pada gambar berikut :
Belum dapat dikatakan sebagai rujukan teori apabila olahan teori hanya sebatas pada pengambilan definisi saja. Mengapa demikian, karena definisi itu baru merupakan pengenalan atau pemberian identitas atas sesuatu yang dijadikan obyek atau subyek ilmu pengetahuan. Artinya, pengenalan definisi harus dilanjutkan dengan deskripsi teori hingga diperoleh suatu konsep pemahaman yang utuh terhadap suatu konsep keilmuan. Dengan mendeskripsikan teori dapat ditemukan berbagai persoalan yang bisa mencakup unsur, faktor, bentuk, jenis, sifat, fungsi, prinsip, proses, prosedur, aturan, rumus, atau cara-cara yang terbangun menjadi satu kesatuan konstruksi suatu disiplin ilmu. Dari persoalan-persoalan disiplin ilmu itulah dapat ditemukan dimensi kajian yang tercakup dalam proses pemikiran teoritis, dan dari dimensi kajian itulah dapat diketahui sejumlah indikator yang tercakup dalam setiap ruang lingkup keilmuan. Sebagai misal, banyak pakar merangkai definisi Motivasi yang agak berbeda antara satu sama lain. Bila dipelajari secara mendalam, definisi-definisi itu mengantarkan kita untuk memahami sejumlah Teori Motivasi seperti Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, Teori Harapan Vroom, Teori Kebutuhan Sosial Mc Clealland dan lain-lain Teori Motivasi. Dari teori-teori yang dikemukakan sejumlah pakar itulah dapat ditemukan dimensi-dimensi kajian untuk menyusun suatu konsep penelitian.
FUNGSI :
Fungsi Teori dalam penyusunan Proposal Penelitian, Tesis dan Disertasi adalah sebagai pengantar pemahaman konstruk variabel penelitian dan landasan penyusunan konsep penelitian rujukan pembahasan hasil penelitian.
Fungsi Teori Sebagai Pengantar Pemahaman Konstruk Variabel Penelitian. Fungsi ini terbentuk dari anggapan bahwa pada awalnya sang peneliti kurang atau mungkin tidak memahami karakteristik obyek atau variabel penelitian yang dikritisinya. Karena itu sang peneliti mempelajari sejumlah teori yang relevan atau dapat memberi ia penjelasan tentang karakteristik obyek atau variabel penelitian secara utuh. Sebagai misal, Jhon Dower van Zhontor seorang candidate doctor antropologi pada Cambridge University bertanya : “What is combro?” – artinya Jhon tidak memahami apa itu “combro”. Namun karena ia sangat tertarik meneliti combro, maka mau tak mau Jhon harus belajar tentang combro. Kemudian ia merujuk berbagai teori combro yang dikemukakan oleh sejumlah pakar combro. Untuk memperoleh pemahaman tentang apa itu combro, maka yang pertama dipelajari Jhon adalah definisi combro. Dari berbagai definisi combro yang ia pelajari akhirnya si Jhon berkata “I see, i see combro is bla bla bla!” Lantas John pun merangkai sendiri pendapatnya tentang combro. Menurut Jhon Dower van Zhontor, combro is traditional snacks of Betawi sociaty, and eeuunak banget. Tidak hanya itu, Jhon juga mampu mendeskripsikan anatomi combro itu secara detail dengan memberi argumen-argumen pada setiap unsur combro yang dianggapnya sangat fungsional untuk merepresentasikan folklore masyarakat Betawi. Dalam konteks ini, definisi atau konsep penjelasan tentang suatu subyek atau obyek penelitian merupakan landasan teoritis untuk memperoleh suatu pengantar pemahaman tentang karakter subyek atau obyek penelitian. (John...jhooon….. emangnye kagak ade lagi variabel yang lain, masa’ combro aje eluh jadiin variabel penelitian – dasar kampungan, luh!)
Dari pengantar pemahaman yang demikian itulah kemudian seorang peneliti menyusun suatu definisi konseptual atas suatu obyek atau variable penelitian menurut apa adanya pendapat orang lain; tapi bisa juga disusun suatu definisi konseptual menurut pemahamannya sendiri. Definisi konseptual atas karateristik suatu obyek atau variable penelitian itu merupakan kerangka dasar untuk membangun suatu konsep penelitian.
Dalam konteks ini, jika sang peneliti ingin melahirkan suatu teori baru, maka ia harus memulai teori baru itu dari kemampuannya merangkai suatu definisi konseptual menurut gambaran karateristik obyek atau variable yang dikritisinya. Sementara itu pendapat-pendapat orang lain hanya dijadikan rujukan untuk merangkai definisi konseptual. Kemampuan merangkai suatu definisi konseptual yang sesuai dengan karateristik suatu obyek atau variable yang dikritisi tidak hanya menunjukkan bobot pemikiran yang logic dan actual tapi sekaligus juga menunjukkan solusi terhadap sulitnya menemukan teori yang dapat dijadikan konsep pendekatan untuk mengungkap karakteristik obyek atau variable secara utuh. Untuk bidang ilmu non eksata yang bersifat dinamis pemikiran seperti ini sangat bernilai bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, bagaimana merangkai definisi konseptual menurut konsep pemahaman sendiri dapat merujuk pada gambar berikut :
Belum dapat dikatakan sebagai rujukan teori apabila olahan teori hanya sebatas pada pengambilan definisi saja. Mengapa demikian, karena definisi itu baru merupakan pengenalan atau pemberian identitas atas sesuatu yang dijadikan obyek atau subyek ilmu pengetahuan. Artinya, pengenalan definisi harus dilanjutkan dengan deskripsi teori hingga diperoleh suatu konsep pemahaman yang utuh terhadap suatu konsep keilmuan. Dengan mendeskripsikan teori dapat ditemukan berbagai persoalan yang bisa mencakup unsur, faktor, bentuk, jenis, sifat, fungsi, prinsip, proses, prosedur, aturan, rumus, atau cara-cara yang terbangun menjadi satu kesatuan konstruksi suatu disiplin ilmu. Dari persoalan-persoalan disiplin ilmu itulah dapat ditemukan dimensi kajian yang tercakup dalam proses pemikiran teoritis, dan dari dimensi kajian itulah dapat diketahui sejumlah indikator yang tercakup dalam setiap ruang lingkup keilmuan. Sebagai misal, banyak pakar merangkai definisi Motivasi yang agak berbeda antara satu sama lain. Bila dipelajari secara mendalam, definisi-definisi itu mengantarkan kita untuk memahami sejumlah Teori Motivasi seperti Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, Teori Harapan Vroom, Teori Kebutuhan Sosial Mc Clealland dan lain-lain Teori Motivasi. Dari teori-teori yang dikemukakan sejumlah pakar itulah dapat ditemukan dimensi-dimensi kajian untuk menyusun suatu konsep penelitian.
0 Komentar untuk " Cara Mengolah Teori Untuk Penyusunan Proposal Penelitian "